Humor adalah bagian penting dari coping mechanism seorang manusia, terutama bagi mereka yang tengah dirundung depresi. Laugh or Cry, kata orang barat, dan begitulah yang terjadi pasca kemenangan (mengejutkan?) Anies Baswedan di Pilkada DKI.
Mendadak, foto Anies yang naik helikopter untuk berjumpa dengan Ahok di Balai Kota jadi buah bibir, dan seperti kebanyakan lelucon, ada semacam kernel of truth didalamnya.
Bukan rahasia kalau tiket kampanye Anies-Sandi adalah tiket yang berbau uang, bukan saja karena Sandiaga Uno adalah salah satu orang terkaya di Indonesia, tapi juga backingan Harry Tanoe, Prabowo dan figur-figur konglomerasi politik yang berada dibelakangnya.
Jadi bukan karena sembarang alasan kebanyakan anak muda yang (mungkin) mendukung Ahok senang dengan keberadaan foto Anies naik helikopter. Hanya berselang beberapa saat setelah menang, image yang dikultivasi Anies selama kampanye bahwa ia seorang kandidat yang merakyat, dengan berkeliling naik vespa, dan sebagainya, hilang begitu saja karena helikopter pinjaman.
Lalu apa hubungannya Anies dan Donald Trump? Mungkin tidak langsung, tapi sulit bagi saya untuk tidak melihat paralel Helikopter Anies dan masalah yang ramai dibicarakan oleh warga AS, tentang istri Presiden AS Melania yang kabarnya tidak mau tinggal di gedung putih, dan ingin kembali tinggal di apartemen mewah Trump Tower di New York.
Masalahnya, seorang Presiden Amerika Serikat dan seorang biliuner tentu saja memiliki syarat level keamanan yang berbeda, sehingga minat Melania untuk kembali tinggal di New York akan menggelembungkan biaya keamanan dan tenaga dari paspampres di AS. Topik ini tentu saja dilahap oleh media liberal di AS yang cenderung anti Trump.
Begitu yang terjadi di kasus Anies. Jujur saja, saya melihat ini bukan masalah besar, karena sedikit dalam hati saya masih percaya bahwa Anies orang baik. Tapi saat ini, dan selama kampanye, Anies dikelilingi oleh orang-orang super kaya yang tidak melihat keanehan atau diskrepansi antara seorang pelayan publik dan helikopter pribadi.
Apakah Anies akan terbawa-bawa Sandiaga dan beking-an nya setelah menjadi gubernur, saya tidak tahu, tapi saya harap Anies bisa punya semacam spider-sense atau kepekaan yang lebih dalam menilai mana yang pantas mana yang tidak, karena Ahok meninggalkan tapak kaki yang besar untuk ia pijak dan ikuti kedepannya.